cah jeporo
Senin, 30 Mei 2016
Senin, 23 Mei 2016
Jumat, 13 Mei 2016
BESARAN DAN SATUAN
A. Besaran
Sebelum
membahas tentang besaran dan satuan, Allah SWT
telah berfirman dalam Al-Quran surah Al-Haqqah ayat 32 yang berbunyi:
ثُمَّ فِيْ سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوْهُ ◌
“Kemudian
masukkan dia dalam sebuah rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Jauh
sebelum manusia mempelajari ilmu mengenai besaran
dan satuan, Al-Quran sudah mengajarkannya. Sebagaimana ayat diatas, terdapat
kata “tujuh puluh hasta”. Disini kata “tujuh puluh” adalah suatu
besaran dan kata “hasta” merupakan satuan.
Besaran adalah suatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka
dan nilai yang memiliki satuan. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa suatu
yang dikatakan besaran harus mempunyai tiga syarat, yaitu: dapat diukur dan
dihitung, mempunyai nilai, mempunyai satuan.
Jika
ada satu saja syarat diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak dapat diartikan
sebagai besaran. Berdasarkan
cara memperolehnya besaran dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1.
Besaran Fisika
Besaran fisika yaitu besran yang diperoleh dari pengukuran. Karena
diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya, contohnya massa. Massa
merupakan besaran fisika karena bisa diukur menggunakan neraca.
2.
Besaran non Fisika
Besaran non fisika yaitu besaran
yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak menggunakan alat ukur,
melainkan alat hitung misalnya kalkulator. Contoh besaran non fisika yaitu
jumlah.
Dalam Besaran fisika ada dua macam
besaran, yaitu:
a.
Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan
terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Besaran pokok ada tujuh
yaitu: panjang, massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, jumlah zat, intensitas
cahaya.
b.
Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang tersusun dari besaran pokok.
Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran
langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan
dari besaran pokok. Besaran turunan sangat banyak, diantaranya yaitu: luas,
kecepatan, percepatan, gaya, energi, tekanan, daya, dan lain lain.
Besaran Pokok
No
|
Besaran
Pokok
|
Satuan
|
1
|
Panjang
|
Meter (m)
|
2
|
Massa
|
Kilogram(kg)
|
3
|
Waktu
|
Sekon (s)
|
4
|
Kuat arus
listrik
|
Ampere (A)
|
5
|
Suhu
|
Kelvin (K)
|
6
|
Jumlah zat
|
Mol
|
7
|
Intensitas
cahaya
|
Kandela (cd)
|
Besaran Turunan
No
|
Besaran
Turunan
|
Satuan
|
1
|
Luas
|
|
2
|
Kecepatan
|
m/s
|
3
|
Percepatan
|
|
4
|
Gaya
|
kg
|
5
|
Energi
|
kg /
|
6
|
Tekanan
|
kg
|
7
|
Daya
|
kg
|
B. Satuan
Satuan
adalah sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Setiap besaran
mempunyai satuan masing-masing, tidak mungkin dalam dua besaran yang berbeda
mempunyai satuan yang sama. Apabila ada dua besaran berbeda kemudian mempunyai
satuan yang sama maka besaran itu pada hakekatnya adalah sama. Sebagai contoh
gaya (F) mempunyai satuan Newton dan berat (W) mempunyai satuan Newton juga.
Besaran ini kelihatannya berbeda tetapi sesungguhnya besaran ini sama, yaitu
turunan dari gaya.
Satuan terbagi menjadi dua yaitu :
1.
Satuan Baku
Satuan baku adalah satuan yang telah
diakui dan disepakati pemakaiannya secara Internasional atau disebut dengan
Satuan Internasional (SI), contoh
: meter, kilogram, dan detik.
Sistem satuan internasional dibagi menjadi dua, yaitu :
a.
Sistem MKS (Meter Kilogram Sekon).
b.
Sistem CGS (Centimeter Gram Second).
2.
Satuan Tidak Baku
Satuan tidak baku adalah satuan yang
tidak diakui secara internasional dan hanya
digunakan pada suatu wilayah tertentu, contoh
: depa, hasta, kaki, lengan, tumbak, bata, dan langkah.
Senin, 22 Februari 2016
FIIL MA'LUM DAN FIIL MAJHUL
فِعْل مَعْلُوْم - فِعْل مَجْهُوْل
1.
Pengertian Fi’il Ma’lum ( الفعل المعلوم)
Fi’il Ma’lum adalah kata kerja yang disebutkan pelakunya atau
kata kerja yang mengandung makna mengerjakan sesuatau. Dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan istilah kata kerja aktif, yang kata kerjanya berawalan
me/ber.
Contoh:
كَتَبَ
مَحَمَّدٌ الدَّرْسَ : artinya Muhammad menulis pelajaran
Fi’il (:كَتَبَ = menulis) adalah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) sedangkan
Fa’il atau pelakunya adalah Muhammad yang bersifat aktif (melakukan pekerjaan
yakni menulis).
Contoh kata kerja aktif lainnya:
Membaca :قَرَأَ
Mencari :بَحَثَ
Bermain :لَعِبَ
Bertanya : سَاَلَ
Contoh kata kerja aktif lainnya:
Membaca :قَرَأَ
Mencari :بَحَثَ
Bermain :لَعِبَ
Bertanya : سَاَلَ
2. Pengertia Fi’il Majhul (
الفعل المجهول)
Fi’il Majhul adalah kata kerja yang pelakunya tidak disebutkan
dalam kalimat, tetapi kata kerja tersebut dibuang karena suatu tujuan berikut:
a)
Adakalanya
untuk menyingkat kata.
b)
Adakalnya
fa’ilnya sudah dimaklumi.
Sesungguhnya
majhul tidak akan terbentuk kecuali dari fi’il muta’addi, dengan
sendirinya dan majhul itu tidak terbentuk dari yang lazim.
contohnya:
ضُرِبَ زَيْدٌ : artinya zaid dipukul
fi’il
( ضُرِبَ =dipukul) adalah Fi'il Majhul (Kata Kerja
Pasif). Fa'il atau Pelakunya tidak diketahui (tidak disebutkan). Untuk
itu, dalam Fi'il Majhul, dikenal istilah Naib al-Fa'il ( نَائِبُ الْفَاعِل )
atau Pengganti Fa'il (Pelaku). Dalam contoh di atas, Umar adalah Naib
al-Fa'il (pengganti Pelaku).
3. Cara merubah fi’il
ma’lum menjadi majhul
A.
Fi’il Madhi
ضم
اوله وكسرما قبل اخر
Huruf yang peertama didhommah dan huruf sebelum akhir dikharokati
kasroh.
Contoh:
ضُرِبَ ضَرَبَ =>
ضَرَبَ
مُحَمَّدٌ عَمْرًا => ضُرِبَ
عَمْرٌ
B.
Fi’il Mudhori’
ضم
اوله وفتح ما قبل اخر
Huruf yang pertama diharokati dhommah dan huruf sebelum akhir
diharokati fatha. Contoh: يَفْتَحُ => يُفْتَحُ
يَفْتَحُ محمد البَابَ => يُفْتَحُ البَابُ
Fi’il Madhi
|
Fi’il Mudhori’
|
||
Fi’il Ma’lum
|
Fi’il Majhul
|
Fi’il Ma’lum
|
Fi’il Majhul
|
فَعَلَ
|
فُعِلَ
|
يَفْعَلُ
|
يُفْعَلُ
|
Langganan:
Postingan (Atom)