Jumat, 13 Mei 2016

BESARAN DAN SATUAN

A.       Besaran

Sebelum membahas tentang besaran dan satuan, Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran surah Al-Haqqah ayat 32 yang berbunyi:
ثُمَّ فِيْ سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوْهُ
“Kemudian masukkan dia dalam sebuah rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Jauh sebelum manusia mempelajari ilmu mengenai besaran dan satuan, Al-Quran sudah mengajarkannya. Sebagaimana ayat diatas, terdapat kata “tujuh puluh hasta”. Disini kata “tujuh puluh” adalah suatu besaran dan kata “hasta” merupakan satuan.
Besaran adalah suatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka dan nilai yang memiliki satuan. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa suatu yang dikatakan besaran harus mempunyai tiga syarat, yaitu: dapat diukur dan dihitung, mempunyai nilai, mempunyai satuan.
Jika ada satu saja syarat diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak dapat diartikan sebagai besaran. Berdasarkan cara memperolehnya besaran dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1.        Besaran Fisika
Besaran fisika yaitu besran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya, contohnya massa. Massa merupakan besaran fisika karena bisa diukur menggunakan  neraca.
2.        Besaran non Fisika
Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak menggunakan alat ukur, melainkan alat hitung misalnya kalkulator. Contoh besaran non fisika yaitu jumlah.


Dalam Besaran fisika ada dua macam besaran, yaitu:
a.         Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Besaran pokok ada tujuh yaitu: panjang, massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, jumlah zat, intensitas cahaya.
b.         Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang tersusun dari besaran pokok. Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan dari besaran pokok. Besaran turunan sangat banyak, diantaranya yaitu: luas, kecepatan, percepatan, gaya, energi, tekanan, daya, dan lain lain.


Besaran Pokok
No
Besaran Pokok
Satuan
1
Panjang
Meter (m)
2
Massa
Kilogram(kg)
3
Waktu
Sekon (s)
4
Kuat arus listrik
Ampere (A)
5
Suhu
Kelvin (K)
6
Jumlah zat
Mol
7
Intensitas cahaya
Kandela (cd)
           
Besaran Turunan
No
Besaran Turunan
Satuan
1
Luas
2
Kecepatan
m/s
3
Percepatan
4
Gaya
kg
5
Energi
kg /
6
Tekanan
kg
7
Daya
kg

B.       Satuan

Satuan adalah sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Setiap besaran mempunyai satuan masing-masing, tidak mungkin dalam dua besaran yang berbeda mempunyai satuan yang sama. Apabila ada dua besaran berbeda kemudian mempunyai satuan yang sama maka besaran itu pada hakekatnya adalah sama. Sebagai contoh gaya (F) mempunyai satuan Newton dan berat (W) mempunyai satuan Newton juga. Besaran ini kelihatannya berbeda tetapi sesungguhnya besaran ini sama, yaitu turunan dari gaya.
Satuan terbagi menjadi dua yaitu :
1.        Satuan Baku
Satuan baku adalah satuan yang telah diakui dan disepakati pemakaiannya secara Internasional atau disebut dengan Satuan Internasional (SI), contoh : meter, kilogram, dan detik.
Sistem satuan internasional dibagi menjadi dua, yaitu :
a.         Sistem MKS (Meter Kilogram Sekon).
b.         Sistem CGS (Centimeter Gram Second).
2.        Satuan Tidak Baku
Satuan tidak baku adalah satuan yang tidak diakui secara internasional dan hanya digunakan pada suatu wilayah tertentu, contoh : depa, hasta, kaki, lengan, tumbak, bata, dan langkah.

Senin, 22 Februari 2016

FIIL MA'LUM DAN FIIL MAJHUL




فِعْل مَعْلُوْم - فِعْل مَجْهُوْل

1.         Pengertian Fi’il Ma’lum ( الفعل المعلوم)
Fi’il Ma’lum adalah kata kerja yang disebutkan pelakunya  atau kata kerja yang mengandung makna mengerjakan sesuatau. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah kata kerja aktif, yang kata kerjanya berawalan me/ber.
Contoh:
            كَتَبَ مَحَمَّدٌ الدَّرْسَ   : artinya Muhammad menulis pelajaran
Fi’il (:كَتَبَ = menulis) adalah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) sedangkan Fa’il atau pelakunya adalah Muhammad yang bersifat aktif (melakukan pekerjaan yakni menulis).
Contoh kata kerja aktif lainnya:
                    Membaca :قَرَأَ
                    Mencari    :بَحَثَ
                    Bermain    :لَعِبَ
                    Bertanya   : سَاَلَ

2.    Pengertia Fi’il Majhul ( الفعل المجهول)
Fi’il Majhul adalah kata kerja yang pelakunya tidak disebutkan dalam kalimat, tetapi kata kerja tersebut dibuang karena suatu tujuan berikut:
a)      Adakalanya untuk menyingkat kata.
b)      Adakalnya fa’ilnya sudah dimaklumi.
Sesungguhnya majhul tidak akan terbentuk kecuali dari fi’il muta’addi, dengan  sendirinya dan majhul itu tidak terbentuk dari yang lazim.
contohnya: ضُرِبَ زَيْدٌ  : artinya zaid dipukul
fi’il ( ضُرِبَ =dipukul) adalah Fi'il Majhul (Kata Kerja Pasif). Fa'il atau Pelakunya tidak diketahui (tidak disebutkan). Untuk itu, dalam Fi'il Majhul, dikenal istilah Naib al-Fa'il ( نَائِبُ الْفَاعِل ) atau Pengganti Fa'il (Pelaku). Dalam contoh di atas, Umar adalah Naib al-Fa'il (pengganti Pelaku).
3.    Cara merubah fi’il ma’lum menjadi majhul
A.    Fi’il Madhi
ضم اوله وكسرما قبل اخر
Huruf yang peertama didhommah dan huruf sebelum akhir dikharokati kasroh.
Contoh:  ضُرِبَ  ضَرَبَ =>
ضَرَبَ مُحَمَّدٌ عَمْرًا =>  ضُرِبَ عَمْرٌ   
B.     Fi’il Mudhori’
ضم اوله وفتح ما قبل اخر
Huruf yang pertama diharokati dhommah dan huruf sebelum akhir diharokati fatha. Contoh: يَفْتَحُ => يُفْتَحُ
يَفْتَحُ محمد البَابَ => يُفْتَحُ البَابُ


Fi’il Madhi
Fi’il Mudhori’
Fi’il Ma’lum
Fi’il Majhul
Fi’il Ma’lum
Fi’il Majhul
فَعَلَ
فُعِلَ
يَفْعَلُ
يُفْعَلُ